watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Akhir pekan terindah

Siang di hari Sabtu itu terasa panas sekali, tiupan
AC mobil yang menerpa langsung ke arahku dan
'istriku' kalah dengan radiasi matahari yang
tembus melalui kaca-kaca jendela. Aku sedang
melaju kencang di jalan tol menuju arah Bogor
untuk suatu keperluan bisnis. Seperti telah
direncanakan, kubelokkan mobil ke arah pom
bensin di Sentul. setelah tadi tak sempat aku
mengisinya. Dalam setiap antrian mobil yang
cukup panjang terlihat ada gadis-gadis penjaja
minuman berenergi. Sekilas cukup mencolok
karena seragamnya yang cukup kontras dengan
warna sekelilingnya.
Dari sederetan gadis-gadis itu tampak ada
seorang yang paling cantik, putih, cukup serasi
dengan warna-warni seragamnya. Ia terlalu
manis untuk bekerja diterik matahari seperti ini
walaupun menggunakan topi. Tatkala tersenyum,
senyumnya lebih mengukuhkan lagi kalau di sini
bukanlah tempat yang pantas baginya untuk
bekerja. Aku sempat khawatir kalau ia tidak
berada di deretanku dan aku masih hanyut dalam
berbagai terkaan tentangnya, aku tidak sempat
bereaksi ketika ia mengangguk, tersenyum dan
menawarkan produknya. Akhirnya dengan wajah
memohon ia berkata, "Buka dong kacanya.."
Segera aku sadar dengan keadaan dan refleks
membuka kaca jendelaku. Istriku hanya
memperhatikan, tidak ada komentar.
Meluncurlah kata-kata standar yang ia ucapkan
setiap kali bertemu calon pembeli. Suaranya enak
didengar, tapi aku tak menyimaknya. Aku malah
balik bertanya, "Kamu ngapain kerja di sini?"
"Mom, kita kan masih perlu sekretaris, kenapa
tidak dia aja kita coba."
"Ya, boleh aja", jawab istriku.
"Gimana mau?" tanyaku kepada gadis itu.
"Mau.. mau Mas", katanya.
Setelah kenalan sebentar dan saling tukar nomor
telepon, kulanjutkan perjalananku setelah mengisi
bensin sampai penuh. Istriku akhirnya tahu kalau
maksudku yang utama hanyalah ingin
'berkenalan' dengannya. Ia sangat setuju dan
antusias.
Malam sekitar jam 20:00 HP istriku berdering,
sesuai pembicaraan ia akan datang menemui
kami. Setelah diberi tahu alamat hotel kami,
beberapa saat kemudian ia muncul dengan
penampilan yang cukup rapi. Ia cepat sekali akrab
dengan istriku karena ternyata berasal dari daerah
yang sama yaitu **** (edited), Jawa Barat. Tidak
sampai setengah jam kami sudah merasa betul-
betul sebagai suatu keluarga yang akrab. Ia sudah
berani menerima tawaran kami untuk ikut
menginap bersama. Ia sempat pamit sebentar
untuk menyuruh sopir salah satu keluarganya
untuk pulang saja, dan telepon ke saudaranya
bahwa malam itu ia tidak pulang.
Setelah cerita kesana-kemari akhirnya obrolan
kami menjurus ke masalah seks. Setelah agak
kaku sebentar kemudian suasana mencair
kembali. Kini dia mulai menimpali walau agak
malu-malu. Singkat cerita dia masih perawan,
sudah dijodohkan oleh keluarganya yang ia
belum begitu puas. Keingintahuannya terhadap
masalah seks termasuk agak tinggi, tapi pacarnya
itu sangat pemalu, termasuk agak dingin dan
agak kampungan walau berpendidikan cukup.
Kami ceritakan bahwa dalam masalah seks kami
selalu terbuka, punya banyak koleksi photo
pribadi, bahkan kali ini kami ingin membuat photo
ketika 'ber cinta'.
"Udah ah, kita sambil tiduran aja yuk
ngobrolnya", ajak istriku.
"Nih kamu pakai kimono satunya", kata istriku
sambil memberikan baju inventaris hotel.
Sedangkan aku yang tidak ada persiapan untuk
menginap akhirnya hanya menggunakan kaos
dan celana dalam. Ia dan istriku sudah
merebahkan badannya di tempat tidur, kemudian
aku menghampiri istriku langsung memeluknya
dari atas. Kucumbu istriku dari mulai bibir, pipi,
leher, dan buah dadanya. Istriku mengerang
menikmatinya. Aku menghentikan cumbuanku
sejenak kemudian meminta tamu istimewaku
untuk mengambil photo dengan kamera digital
yang selalu kami bawa. Tampak ia agak kikuk,
kurang menguasai keadaan ketika aku
menolehnya.
Setelah aku mengajarinya bagaimana
menggunakan kamera yang kuberikan itu,
kemudian kuteruskan mencumbu istriku. Dengan
telaten kucumbu istriku dari ujung kepala sampai
ujung kaki. Kini tamuku tampaknya sudah
menguasai keadaan, ia dengan leluasa mengintip
kami dari lensa kamera dari segala sudut.
Akhirnya istriku mencapai klimaksnya setelah
liang senggamanya kumainkan dengan lidah,
dengan jari, dan terakhir dengan batang
istimewaku. Sedangkan aku belum apa-apa.
"Sekarang gantian Rin, kamu yang maen aku
yang ngambil photonya", kata istriku.
"Ah Mbak ini ada-ada aja", kata Rini malu-malu.
Sebagai laki-laki, aku sangat paham dari bahasa
tubuhnya bahwa dia tidak menolak. Dalam
keadaan telanjang bulat aku berdiri dan langsung
memeluk Rini yang sedang memegang kamera.
Tangan kirinya ditekuk seperti akan memegang
pinggangku, tapi telapaknya hanya dikepal seolah
ragu atau malu. Kuraih kamera yang masih di
tangan kanannya kemudian kuberikan kepada
istriku.
Kini aku lebih leluasa memeluk dan
mencumbunya, kuciumi pipi dan lehernya,
sedang tanganku terus menggerayang dari
pundak sampai lekukan pantatnya. Pundaknya
beberapakali bergerak merinding kegelian. Kedua
tangannya kini ternyata sudah berani membalas
memelukku. Kemudian aku memangkunya dan
merebahkannya di tempat tidur. Kukulum bibir
mungilnya, kuciumi pipinya, kugigit-gigit kecil
telinganya, kemudian kuciumi lehernya punuh
sabar dan telaten. Ia hanya mendesah, kadang
menarik nafas panjang dan kadang badannya
menggelinjang-gelinjang.
Tidak terlalu susah aku membuka kimononya,
sejenak kemudian tampak pemandangan yang
cukup mempesona. Dua bukit yang cukup segar
terbungkus rapi dalam BH yang pas dengan
ukurannya. Kulitnya putih, bersih dengan postur
badan yang cukup indah. Sejenak aku menoleh
ke bawah, tampak pahanya cukup menawan.
Sementara itu onggokan kecil di selangkangan
pahanya yang terbungkus CD menambah
panorama keindahan.
Ia tidak menolak ketika aku membuka BH-nya,
demikian juga ketika aku melepaskan kimononya
melewati kedua tangannya. Kuteruskan
permainanku dengan mengitari sekitar bukit-bukit
segar itu. Seluruh titik di bagian atasnya telah
kutelusuri tidak ada yang terlewatkan, kini kedua
bukti itu kuremas perlahan. Ia mendesah,
"Eeehh.."
Tatkala kukulum puting susunya, badannya
refleks bergerak-gerak, desahnya pun semakin
jelas terdengar. Kuulangi lagi cumbuanku dari
mulai mengulum bibirnya, mencium pipinya,
kemudian lehernya. Kemudian kuciumi lagi bukit-
bukit indah itu, dan kemudian kupermainkan
kedua puting susunya dengan lidahku.
Gelinjangnya semakin terasa bergerak mengiringi
desahannya yang terasa merdu sekali.
Petualanganku kuteruskan ke bagian bawahnya.
Ia mencegah ketika aku akan membuka CD-nya
yang merupakan pakaian satu-satunya yang
tersisa. "Ya nggak usah dibuka" ujarku, "Aku elus-
elus aja ya bagian atasnya pakai punyaku",
bujukku. Ia tidak bereaksi, tapi aku langsung saja
menyingsingkan CD-nya ke bawah. Tampaklah
dua bibir yang mengapit lembah cintanya dihiasi
bulu-bulu tipis. Kupegang burungku sambil
duduk mengangkang di atas kedua pahanya,
kemudian kuelus-eluskan burung itu ke ujung
lembah yang sebagian masih tertutup CD. Agak
lama dengan permainan itu, akhirnya mungkin
karena ia juga penasaran, maka ia tidak menolak
ketika kulepaskan CD-nya.
Kini kamu sama-sama telanjang, tak satu helai
benang pun yang tersisa. Kuteruskan permainan
burungku dengan lebih leluasa. Tak lama
kemudian cairan kenikmatannya pun sudah
meleleh menyatakan kehadirannya. Burungku
pun lebih lancar menjelajah. Tapi karena
lembahnya masih perawan agak susah juga
untuk menembusnya.
Ketika kucoba untuk memasukkan burungku ke
dalam lembah sorganya, tampak bibir-bibir
kenikmatannya ikut terdorong bersama kepala
burungku. Menyadari alam yang dilaluinya belum
pernah dijamah, aku cukup sabar untuk
melakukan permainan sampai lembah
kenikmatannya betul-betul menerimanya secara
alami. Gelinjang, desahan, dan ekspresi wajahnya
yang sedang menahan kenikmatan membuatku
semakin bersemangat dan lebih percaya diri
untuk tidak segera ejakulasi. Ia sudah tidak
menyadari apa yang sedang terjadi. Akhirnya
kepala burungku berhasil menembus lubang
kenikmatan itu.
Kuteruskan permainanku dengan mengeluarkan
dan memasukkan lagi kepala burungku. Ia
merintih kenikmatan, ia pasrah saja dengan
keadaan yang terjadi, karena itu aku yakin bahwa
rintihan itu bukan rintihan kesakitan, kalaupun
ada, maka akan kalah dengan kenikmatan yang
diperolehnya. Selanjutnya kulihat burung yang
beruntung itu lebih mendesak ke dalam. Aku
sudah tidak tahan untuk memasukkan seluruh
burungku ke tempatnya yang terindah.
Kemudian kurebahkan badanku di atas tubuhnya
yang indah, kuciumi pipinya sambil pantatku
kugerakkan naik turun. Sementara burungku lebih
jauh menjangkau ke dalam lembah nikmatnya.
Akhirnya seluruh berat badanku kuhempaskan ke
tubuh mungil itu. Dan.., "Bless.." seluruh
burungku masuk ke dalam surga dunia yang
indah. Ia mengerang, gerakan burungku pun
segera kuhentikan sampai liang kewanitaannya
menyesuaikan dengan situasi yang baru.
Setelah agak lama aku pun mulai lagi memainkan
gerakan-gerakanku dengan gentle. Kini ia mulai
mengikuti iramaku dengan menggerak-gerakkan
pinggulnya. Selang berapa lama kedua tangannya
lekat mencengkram punggungku, kakinya ikut
menjepit kedua kakiku. Kemudian muncul
erangan panjang diikuti denyut-denyut dari
lembah sorganya. "Eeehh.." desahnya. Aku pun
sudah tidak tahan lagi untuk menumpahkan
seluruh kenikmatan, segera kucabut burungku
kemudian kumuntahkan di luar dengan menekan
ke selangkangannya. "Eeehh.." erangku juga.
Kami berdua menarik nafas panjang.
Setelah agak lama kemudian aku duduk, kuraih
kaos dalamku kemudian aku mengelap
selangkangnya yang penuh dengan air
kenikmatanku. Tampak tempat tidurnya basah
oleh cairan-cairan bercampur bercak-bercak
merah. Ia pun segera duduk, sejenak dari raut
wajahnya tampak keraguan terhadap situasi yang
telah dialaminya. Aku dan istriku memberi
keyakinan untuk tidak menyesali apa yang pernah
terjadi.
Besok paginya aku sempat bermain lagi
dengannya sebelum check out. Betul-betul suatu
akhir pekan yang susah dilupakan. Akhirnya ia
kutitipkan bekerja di perusahaan temanku.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/891
U-ON

inc Powered by Xtgem.com